Sabtu

Kajian Medikspot


Laktoferin Pada ASI, Keunggulan Asupan Sinergi Fungsional yang Berbasis Imunitas Tubuh Bayi

Reijefki Irlastua
04121401032
 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


1.    Latar Belakang
Telaah ilmiah telah membuktikan keunggulan Air Susu Ibu (ASI) terhadap berbagai susu yang diformulasikan serupa dengan ASI. Substansi perlindungan total pada bayi menjadi hal yang paling penting pascapersalinan. Pemberian ASI segera dan berlanjut setelah persalinan adalah upaya tepat dalam pemberian asupan total pada bayi. Pemberian ASI secara eksklusif hingga tubuh bayi mampu menyeleksi dan menyerap makanan asing dengan sempurna menjadi cara terbaik dalam mengawali dan memelihara tumbuh kembang bayi setelah kelahiran.
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan yang sensitif. Menurut catatan Sampurno dalam (askep-askeb.cz.cc) pada tahun 2003, AKB di Indonesia tercatat 35 per 1000 kelahiran hidup, dan terburuk dari data ASEAN Statistik Pocketbook dinegara asia bagian timur dan tengah, bandingkan saja angka kematian bayi di Vietnam adalah 18, Thailand 17, Filipina 26, Malaysia 5,6, dan Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup. Imunitas adalah senjata andalan untuk memproteksi si bayi dari ancaman penyakit dan kematian. Peran vital ASI sebagai asupan nutrisi fungsional dini bayi akan sangat berperan pada kelangsungan tumbuh kembang bayi kemudian. Menurut (www.asipasti.co.cc) UNICEF menyebutkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun. Dan mengacu pada (www.petitiononline.com) The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tahun 2007, memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Namun, hasil penelitian Ridwan Amirudin pada tahun 2007 yang ditulis dalam (www.asipasti.co.cc), proporsi pemberian ASI Ekslusif pada bayi kelompok usia 0 bulan sebesar 73,1 %, usia 1 bulan sebesr 55,5 %, usia 2 bulan sebesar 43 %, usia 3 bulan sebesar 36%, dan usia 4 bulan 16,7%. Sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Ini berarti mayoritas ibu di Indonesia harus berurusan dengan hukum lantaran penerapan Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang ASI Eksklusif yang mewajibkan setiap ibu harus memberikan ASI ekslusif pada bayinya hingga usia 6 bulan. Maraknya tampilan iklan kampanye ASI eksklusif diberbagai tempat mulai kalah populer dengan daya tarik iklan susu formula yang menawarkan cara pemberian susu yang lebih mudah, praktis dan bernutrisi seolah lebih baik daripada ASI. Dengan berbagai alasan, akhirnya upaya ibu untuk terus menjaga asupan ASI pada bayinya mulai tergantikan dengan susu formula.
ASI mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam kondisi kurang gizi sekalipun dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit (pemusnah) dan imunoglobulin (antibodi). Komponen ASI lain yang juga mempunyai efek perlindungan, antara lain sitokin, laktoferin, lisozim dan musin (Munasir, Zakiudin dan Nia Kurniati, 2006). Pemberian ASI adalah langkah tepat memberikan asupan makanan dengan kandungan nutrisi yang terbaik bagi bayi. Dalam keadaan sangat rentan, ketika bayi belum mampu menerima makanan apapun dari luar, ASI lah yang mempertanggungjawabkan kebutuhan bayi untuk bertahan hidup.
Laktoferin adalah salah satu mikronutrien antibodi yang menjadi titik keunggulan ASI atas susu formula yang marak beredar di pasaran. Hal inilah yang menjadi menarik bagi penulis untuk menjelajahi keunggulan peran aktif sinergis laktoferin pada ASI dibanding susu formula yang berbasis imunitas tubuh bayi. Imunitas bayi adalah jaminan keberlangsungan hidup bayi. Kualitas imunitas bayi akan berindikasi pada AKB yang menjadi indikator kesehatan sensitif dalam suatu negara dan penigkatan kualitas hidup bayi selanjutnya sebgai benih handal generasi penerus bangsa.

2.    Sinergis Nutrien ASI Mengacu Pada Imunitas Bayi

Masing-masing makhluk hidup yang lahir kedunia ini dibekali sistem pertahanan dan kekebalan tubuh oleh Sang Pencipta untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Kekebalan tubuh menjadi hal yang paling penting agar bayi yang baru lahir mampu beradaptasi dan berhadapan dengan dunia ini. Dalam (www.idai.or.id) dijelaskan bahwa sistem imun adalah suatu sistem pertahanan yang ada dalam tubuh organisme (makhluk hidup). Imunitas adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Berikut ini adalah daftar nutrien ASI yang senantiasa bersinergi dalam membangun sistem imunitas tubuh.
Faktor Imun
Fungsi
Limfosit-B
Menghasilkan antibodi yang sasarannya pada mikroba tertentu
Makrofag
Membunuh mikroba dalam usus bayi; menghasilkan lisozim; mengaktifkan komponen sistem imun yang lain
Neutrofil
Memakan bakteri dalam usus bayi
Limfosit-T
Membunuh sel-sel yang terinfeksi, mengirimkan pesan-pesan kimia untuk memobilisasi sistem pertahanan yang lain
Imunoglobulin A
Mengikat mikroba dalam usus dan mencegahnya agar tidak melewati mukosa usus
Protein pengikat B 12
Mengikat vitamin B12, mencegah penggunaan vitamin B12 oleh bakteri bagi pertumbuhannya
Faktor Bifidus
Meningkatkan pertumbuhan Lactbacilus bifidus
Asam Lemak
Merusak membran yang melingkupi virus tertentu dengan menghancurkannya
Fibronektin
Meningkatkan aktivitas antimikroba yang dimiliki sel-sel makrofag, memfasilitasi perbaikan jaringan yang rusak.
Gamma-interferon
Menggalakkan aktivitas antimikroba yang dimiliki sel-sel imun
Hormon dan faktor pertumbuhan epitel
Menstimulasi maturasi epital; mengurangi kerentanan epitel terhadap mikroorganisme
Laktoferin
Mengikat zat besi; mengurangi ketersediaan zat besi bagi bakteri
Lisozim
Membunuh bakteri melalui penghancuran membran sel
Miusin
Melekat pada bakteri dan virus; mencegah pelekatan pada mukosa
Oligosakarida
Melekat pada bakteri dan virus; mencegah pelekatan pada mukosa
Tabel 1. Fungsi Nutrien ASI Yang Bersinergi Dalam Membangun Sistem Imunitas Tubuh Bayi. (Sumber: Buku Gizi Kesehatan Masyarakat, Hal. 328)

Mengacu pada (www.idai.or.id), Sistem Imun alami Secara garis besar sistem kekebalan tubuh bayi dibagi 2 jenis yaitu:

a.    Kekebalan Tubuh Tidak Spesifik
Kekebalan tubuh tidak spesifik adalah sistem kekebalan tubuh yang ditujukan untuk menangkal masuknya berbagai zat asing dari luar tubuh yang dapat menimbulkan kerusakan/penyakit, seperti bakteri, virus, parasit atau zat berbahaya lainnya. Seperti pertahanan fisik : kulit, selaput lendir dan fagositosis : pemusnahan kuman/zat asing oleh sel darah putih. Kerusakan pada sistem pertahanan ini akan memudahkan masuknya kuman/zat asing ke dalam tubuh, misalnya gangguan gerakan usus atau gangguan proses pemusnahan kuman/zat asing oleh leukosit (sel darah putih).
 Munasir dan Nia Kurniati (2006) dalam (www.idai.or.id) mengatakan peran penting ASI dalam sistem pertahanan tubuh tidak spesifik ada pada kolostrum ASI. Dikolostrum terdapat 1-3 juta sel darah putih (leukosit) per ml dan selanjutnya terdiri atas sel makrofag (59-63%), neutrofil (18-23%) dan sel limfosit (7-13%). Sel Makrofag adalah sel fagosit aktif yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran cerna. Sel makrofag memproduksi enzim lisozim (kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua menyusui. Dibanding dengan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume yang sama), zat komplemen (berperan dalam perusakan bakteri), laktoferin, sitokin, serta enzim lainnya. Lalu sel neutrofilyang berperan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan laktasi dan sel limfosit adalah sel yang menghancurkan dinding sel bakteri dan terdapat pada selaput lendir saluran cerna.
ASI juga mengandung protein yang dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran cerna. ASI juga mengandung glikoprotein (gabungan karbohidrat dan protein), glikolipid (karbohidrat dan lemak), dan oligosakarida yang berfungsi menyerupai bakteri pada permukaan mukosa saluran cerna bayi, sehingga dapat menghambat perlekatan bakteri patogen, pada mukosa saluran cerna. Di dalam ASI juga terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus dan komponen yang menyerupai gangliosida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli.

b.    Kekebalan Tubuh Spesifik
Apabila kuman/zat asing yang masuk tidak dapat ditangkal oleh sistem kekebalan tubuh tidak spesifik, maka diperlukan sistem kekebalan dengan tingkat yang lebih tinggi atau sistem kekebalan spesifik. Ada 2 jenis kekebalan spesifik, yaitu kekebalan selular  (sel limfosit T) dan kekebalan humoral (sel limfosit B yang memproduksi antibodi). Kekebalan ini hanya berperan pada kuman/zat asing yang sudah dikenal, artinya jenis kuman/zat asing tersebut sudah pernah atau lebih dari satu kali masuk ke dalam  tubuh manusia.
ASI memainkan perannya dalam sistem pertahanan tubuh spesifik ini, yaitu dengan diperantarai oleh limfosit T (80 % dari limfosit). Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E. Coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya. Sel limfosit B terutama memproduksi sekretori IgA (sIgA) yang berfungsi melindungi IgA dari enzim penghancur protein (tripsin, pepsin) di saluran cerna bayi dan keasaman lambung. Lalu ada imunoglobulin M (IgM) yang akan ditransfer pada awal kehidupan bayi sebagai perlindungan terhadap E.coli dan polio. Imunoglobulin di dalam ASI tidak diserap oleh bayi tetapi berperan memperkuat sistem imun lokal saluran cerna. Limfosit B pada saluran cerna ibu diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya, selanjutnya limfosit aktif ini bermigrasi ke kelenjar payudara menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.
Air susu ibu juga dilaporkan dapat meningkatkan jumlah sIgA pada saluran napas dan kelenjar ludah bayi usia 4 hari. Hal ini dibuktikan dengan lebih rendahnya kejadian penyakit radang telinga tengah, pneumonia, penyebaran bakteri ke bagian tubuh lainnya, meningitis (radang selaput otak), dan infeksi saluran kemih pada bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. Fakta ini lebih nyata pada 6 bulan pertama dan dapat terlihat sampai tahun kedua. Demikian pula angka kematian bayi yang mendapat ASI lebih rendah dibanding bayi yang mendapat susu formula (www.idai.or.id).

3.    Keberadaan Vital Laktoferin Pada ASI
Kehandalan ASI diperankan keberadaan zat-zat biologis mikronutriennya. Zat-zat biologis nutrien ASI akan saling bersinergi membentuk suatu kekuatan yang akan bersama-sama menjaga imunitas dan kehidupan bayi. Mengacu pada (www.kebidanan.net) Berikut ini adalah tabel data kandungan nutrien pada ASI kolostrum (susu awal), ASI transisi (ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran) dan ASI Matur (ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya komposisi relatif tetap)
Kandungan
Kolustrum
Transisi
ASI matur
Energi (kgkal)
57
63
65
Laktosa (gr/100 ml)
6,5
6,7
7
Lemak (gr/100 ml)
2,9
3,6
3,8
Protein (gr/100 ml)
1,195
0,965
1,324
Mineral (gr/100 ml)
0,3
0,3
0,2
Immunoglubin :



Ig A (mg/100 ml)
335,9
-
119,6
Ig G (mg/100 ml)
5,9
-
2,9
Ig M (mg/100 ml)
17,1
-
2,9
Lisosin (mg/100 ml)
14,2-16,4
-
24,3-27,5
Laktoferin
420-520
-
250-270
Tabel 2. Kandungan Nutrien Pada ASI (sumber : www.kebidanan.net)

Mengacu kepada (www.nasional.kompas.com) kandungan zat-zat biologis pada ASI seperti kolostrum hanya ada beberapa saat setelah persalinan. Dalam kolostrum terdapat protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak rendah yang berguna bagi bayi di hari-hari pertamanya. ASI juga mengandung taurin, decosahexanoic acid (DHA), dan arachidonic acid (AA). Keunggulan utama ASI juga karena fraksi protein dari kolostrum mengandung antibodi yang serupa dengan antibodi yang terkandung dalam darah ibu dan yang melindungi terhadap penyakit karena bakteri virus yang pernah diderita ibu atau yang telah memberikan imunitas pada ibu.
            Laktoferin adalah suatu protein pengikat zat besi (iron-binding protein). Laktoferin pertama kali diidentifikasi oleh M. Sorensen dan MPL Sorensen pada tahun 1939 dan dikenal sebagai red protein dalam susu sapi. Namun baru tahun 1960 red protein ini bisa diisolasi dari susu manusia oleh Johansson dari kelompok Montreuil. Sejak itu penelitian tentang lakoferin mulai banyak dilakukan (www.majalah-farmacia.com). Menurut (www.wikipedia.org), laktoferin memiliki berat 82.600 Da dan secara spesifik dapat mengikat dua atom feri per molekulnya. Sekresi ususioaktivitas laktoferin yang paling awal ditemukan adalah kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Tapi kini, mekanisme laktoferin sebagai anti bakteri yang baru mulai ditemukan melalui serangkaian studi in-vitro. Ternyata laktoferin tidak hanya mampu membuhuh bakteri dengan mengikat zat besi, namun juga dengan merusak membran bakteri tersebut.

4.        Keunggulan Dan Peran Lakoferin Berkaitan Dengan Imunitas Bayi
            Laktoferin adalah mikronutrien yang dihasilkan sel makrofag untuk pertahanan tubuh tidak spesifik. Peran penting laktoferin sebagai benteng utama imunitas bayi menjadi keunggulan kualitas ASI yang tidak mampu disamai oleh berbagai susu formula yang telah diteliti dan diserupakan dengan ASI. Ahli gizi Universitas Indonesia (UI), Susianto dalam (nasional.kompas.com) mengatakan bahwa kandungan ASI jauh lebih stabil dibandingkan susu formula. Sehingga kandungan laktoferin pada ASI jauh lebih unggul dan berkualitas dibanding susu formula. Mengacu pada pendapat dr Elizabeth Hutapea, SpA dari RS. Royal Taruma, Grogol, Jakarta Barat dalam (lifestyle.okezone.com) bahwa komposisi ASI dan susu formula yang telah diteliti dan dupayakan untuk serupa dengan ASI tidak bisa sama.
     Sistem kekebalan tubuh yang baik akan menjaga tubuh bayi dari berbagai serangan bakteri dan virus sehingga terhindar berbagai penyakit. Bayi yang sehat akan tumbuh dan berkembang menjadi generasi penerus yang handal bagi bangsa dan negara. Laktoferin merupakan komponen nutrien handal yang bersinergi dengan berbagai nutrien lainnya untuk menjaga sistem imunitas bayi. Mengacu pada (www.majalah-farmacia.com) bahwa kadar laktoferin pada susu sapi yang hanya sekitar 0,5% - 1% bahkan kurang, mampu memberi kontribusi yang amat besar dalam sistem imunitas tubuh. Apalagi  pada ASI, kandungan laktoferin bisa mencapi 15% dan di dalam kolostrum konsentrasinya mencapai sepuluh kali lipat dibanding ASI.
Laktoferin memiliki aktivitas bakteriostatik (anti-bakteri) yang kuat karena kemungkinan disebabkan kemampuannya mengikat ion besi yang vital bagi makhluk hidup, seperti besi. Bakteri dapat mati karena kekurangan ion besi untuk tumbuh. Selain pada susu dan kolostrum, protein ini juga dapat ditemukan pada neutrofil, ginjal, sel epitelial, dan pada cairan mukosa, seperti: saliva, air mata.
            Ketersediaan biologis dari zat besi (Fe), Zn dan Mn pada ASI lebih tinggi di banding susu formula. Hal ini disebabkan karena adanya laktoferin yang relatif tinggi didalam ASI yang mampu memfasilitasi penyerapan Fe dan Mn didalam usus. Keberadaan laktoferin pada lapisan epitel mukosa berbagai organ tubuh merupakan indikasi adanya peran laktoferin untuk respon imun alami. Reseptor yang sangat spesifik dari laktoferin ditemukan pada berbagai kunci sistem imun seperti limfosit, monosit, dan makrofag.
Uji klinis laktoferin pada hewan sudah banyak dilakukan. Kembali mengacu pada (www.majalah-farmacia.com), salah satu studi menemukan kematian pada bayi babi yang diberi suntikan endotoksin E.coli. Dan kematian pada bayi yang diberi laktoferin hanya sekitar 17%. Bandingkan dengan 74% kematian bayi babi yang tidak diberi laktoferin.
Studi klinis pada manusia kemudian menyusul. Subyek penelitian pada manusia antara lain bayi lahir dengan berat badan rendah, pasien dengan tinea pedis (penyakit jamur kulit pada kaki), pasien dengan hepatitis C kronik, dan pasien HIV. Hasil uji klinis menunjukkan potensi pengaruh positif laktoferin pada subyek-subyek penelitian tersebut.
Dalam studi in vitro ditemukan laktoferin sangat kuat mengikat V3 loop dari reseptor gp120 virus HIV-1 dan HIV-2. Hal ini menyebabkan penghambatan masuknya virus ke dalam sel. Tak hanya itu, laktoferin secara tidak langsung akan membunuh atau menghambat virus dengan meningkatkan respon imun terhadap invasi virus. Salah satu studi yang membandingkan 22 pasien HIV asimptomatik dan 45 pasien simptomatik dengan 30 orang sehat menemukan kadar laktoferin dalam plasma menurun pada pasien HIV yang menunjukkan progresivitas penyakit.
            Dikaitkan dengan kanker, pada studi bermodel mencit, laktoferin bisa menghambat pertumbuhan tumor padat dan menghambat laju metastastis atau penyebaran sel-sel kanker. Studi di Jepang menggunakan laktoferin yang diambil dari susu sapi. Laktoferin ini disuntikkan ke sel-sel kanker kanker kulit dan leukemia yang dikenal sebagai jenis kanker yang sangat cepat bermetastasis. Laktoferin disuntikkan begitu tumor terbentuk dan hasilnya, pertumbuhan sel-sel kanker bisa ditekan dan penyebaran sel-sel kanker ke paru dan hati secara signifikan jauh berkurang dibandingkan pada kelompok kontrol. Studi ini menggunakan model pada hewan (www.majalah-farmacia.com)
           
5.        Kesimpulan
Pemberian ASI kepada bayi adalah langkah terbaik dalam memberi asupan nutrisi yang optimal dan stabil. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan yang sensitif dan kondisi ini tertinggi pada Indonesia dibanding negara-negara Asia lainnya. UNICEF dan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tahun 2007 menyebutkan pemberian ASI segera satu jam setelah lahir akan mencegah kematian lebih dari satu juta bayi setiap tahunnya. Namun, tingkat pemberian ASI kepada bayi di Indonesia sangat rendah. Sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Sinergi fungsional pada ASI akan menghasilkan nutrisi terbaik untuk bayi. Aspek keunggulan antibodi pada ASI dibanding susu formula akan bertahap meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi yang amat rentan, baik sistem pertahanan tubuh tidak spesifik hingga sistem pertahanan tubuh spesifik. Sehingga kematian bayi setelah persalinan dapat dicegah.
Salah satu komponen utama antibodi pada ASI adalah adanya laktoferin yang mengikat besi (fe) sehingga pertumbuhan bakteri dapat ditekan. Laktoferin juga akan meningkatkan respon sel dalam menghadapi invasi virus. Dan berbagai potensi positif laktoferin lainnya terus ditelaah dan dikembangkan guna meningkatkan kualitas imunitas manusia. Kandungan laktoferin pada ASI jauh lebih unggul daripada susu formula. Sehingga pemberian ASI akan lebih baik dalam menjaga dan mengoptimalkan sistem imunitas bayi.

Daftar Pustaka

Ana. 2006. Laktoferin, Bodyguard Pembasmi Virus dan Bakteri (online) http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=92. Diakses 19 Januari 2013, 19:35
Anonim. 2010. Angka Kematian Bayi (online) http://www.petitiononline.com/aimi/petition.html. Diakses 17 Januari 2013, 15: 34
Anonim. 2010. Ingat Tetap ASI Lebih Baik Ketimbang Susu Formula (online)
Anonim. 2010. Faktor Penyebab Rendahnya Kesadaran Menyusui (online) http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/03/faktor-faktor-penyebab-rendahnya.html. Diakses 20 Januari 2013, 19:30
Anonim. 2009. Imunitas,Laktoferin (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas. Diakses 17 Januari 2013, 14:10
Broto. 2008. Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, di Jakarta, menyerukan agar semua pihak memenuhi hak bayi untuk disusui pertama kali oleh ibunya sebelum satu jam pertama sejak kelahiran (online) http://www.asipasti.co.cc/2008_01_01_archive.html. Diakses 15 Januari 2013, 11:25
Gibney, Michael dkk. 2005. Public Health Nutrition (Gizi Kesehatan Masyarakat). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lusa. 2009.Komposisi Gizi Dalam ASI (online) http://www.kebidanan.net/asuhan-kebidanan-iii/komposisi-gizi-dalam-asi/. Diakses 20 Januari 2013.
Munasir, Zakiudin dan Nia Kurniati. 2006. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh (online) http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20091130104136. Diakses 15 Januari 2013, 11:00
Saep    udin, Epung dan M.D. Novita.2009. Kandungan ASI Lebih Stabil Ketimbang Susu Formula (online) http://nasional.kompas.com/read/2009/01/20/10231380/kandungan.asi.lebih.stabil.ketimbang.susu.formula. Diakses pada 19 Januari 2013, 13:40
Syaifuddin, Abdul Bahri dkk. 1997. Modul “Safe Motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Di Indonesia. Jakarta: Konsorium Ilmu Kesehatan Depdikbud dan Depkes dan WHO.

1 komentar: