Laktoferin Pada ASI,
Keunggulan Asupan Sinergi Fungsional yang Berbasis Imunitas Tubuh Bayi
Reijefki
Irlastua
04121401032
1.
Latar Belakang
Telaah ilmiah telah membuktikan keunggulan Air Susu Ibu (ASI) terhadap
berbagai susu yang diformulasikan serupa dengan ASI. Substansi perlindungan
total pada bayi menjadi hal yang paling penting pascapersalinan. Pemberian ASI
segera dan berlanjut setelah persalinan adalah upaya tepat dalam pemberian
asupan total pada bayi. Pemberian ASI secara eksklusif hingga tubuh bayi mampu
menyeleksi dan menyerap makanan asing dengan sempurna menjadi cara terbaik
dalam mengawali dan memelihara tumbuh kembang bayi setelah kelahiran.
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan yang
sensitif. Menurut catatan Sampurno dalam (askep-askeb.cz.cc)
pada tahun 2003, AKB di Indonesia tercatat 35 per 1000 kelahiran hidup, dan
terburuk dari data ASEAN Statistik
Pocketbook dinegara asia bagian timur dan tengah, bandingkan saja angka
kematian bayi di Vietnam adalah 18, Thailand 17, Filipina 26, Malaysia 5,6, dan
Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup. Imunitas adalah senjata andalan untuk
memproteksi si bayi dari ancaman penyakit dan kematian. Peran vital ASI sebagai
asupan nutrisi fungsional dini bayi akan sangat berperan pada kelangsungan
tumbuh kembang bayi kemudian. Menurut (www.asipasti.co.cc)
UNICEF menyebutkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran
dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun. Dan
mengacu pada (www.petitiononline.com)
The World Alliance for Breastfeeding
Action (WABA) tahun 2007, memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan
setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian
dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Namun, hasil penelitian
Ridwan Amirudin pada tahun 2007 yang ditulis dalam (www.asipasti.co.cc), proporsi pemberian ASI Ekslusif pada bayi
kelompok usia 0 bulan sebesar 73,1 %, usia 1 bulan sebesr 55,5 %, usia 2 bulan
sebesar 43 %, usia 3 bulan sebesar 36%, dan usia 4 bulan 16,7%. Sedangkan
pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu
lima tahun terakhir. Ini berarti mayoritas ibu di Indonesia harus berurusan
dengan hukum lantaran penerapan Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009
Tentang ASI Eksklusif yang mewajibkan setiap ibu harus memberikan ASI ekslusif
pada bayinya hingga usia 6 bulan. Maraknya tampilan iklan kampanye ASI
eksklusif diberbagai tempat mulai kalah populer dengan daya tarik iklan susu
formula yang menawarkan cara pemberian susu yang lebih mudah, praktis dan
bernutrisi seolah lebih baik daripada ASI. Dengan berbagai alasan, akhirnya
upaya ibu untuk terus menjaga asupan ASI pada bayinya mulai tergantikan dengan
susu formula.
ASI mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam
kondisi kurang gizi sekalipun dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel
fagosit (pemusnah) dan imunoglobulin (antibodi). Komponen ASI lain yang juga
mempunyai efek perlindungan, antara lain sitokin, laktoferin, lisozim dan musin
(Munasir, Zakiudin dan Nia Kurniati, 2006).
Pemberian ASI adalah langkah tepat memberikan asupan makanan dengan kandungan
nutrisi yang terbaik bagi bayi. Dalam keadaan sangat rentan, ketika bayi belum
mampu menerima makanan apapun dari luar, ASI lah yang mempertanggungjawabkan
kebutuhan bayi untuk bertahan hidup.
Laktoferin adalah salah satu mikronutrien antibodi yang menjadi titik
keunggulan ASI atas susu formula yang marak beredar di pasaran. Hal inilah yang
menjadi menarik bagi penulis untuk menjelajahi keunggulan peran aktif sinergis
laktoferin pada ASI dibanding susu formula yang berbasis imunitas tubuh bayi. Imunitas
bayi adalah jaminan keberlangsungan hidup bayi. Kualitas imunitas bayi akan
berindikasi pada AKB yang menjadi indikator kesehatan sensitif dalam suatu
negara dan penigkatan kualitas hidup bayi selanjutnya sebgai benih handal
generasi penerus bangsa.
2. Sinergis
Nutrien ASI Mengacu Pada Imunitas Bayi
Masing-masing makhluk hidup yang lahir
kedunia ini dibekali sistem pertahanan dan kekebalan tubuh oleh Sang Pencipta
untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Kekebalan tubuh menjadi hal yang paling
penting agar bayi yang baru lahir mampu beradaptasi dan berhadapan dengan dunia
ini. Dalam (www.idai.or.id) dijelaskan bahwa sistem imun adalah suatu
sistem pertahanan yang ada dalam tubuh organisme (makhluk hidup). Imunitas
adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh
biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Berikut ini adalah daftar nutrien ASI yang senantiasa bersinergi dalam membangun
sistem imunitas tubuh.
|
Faktor Imun
|
Fungsi
|
|
Limfosit-B
|
Menghasilkan antibodi yang sasarannya pada mikroba tertentu
|
|
Makrofag
|
Membunuh mikroba dalam usus bayi; menghasilkan lisozim; mengaktifkan
komponen sistem imun yang lain
|
|
Neutrofil
|
Memakan bakteri dalam usus bayi
|
|
Limfosit-T
|
Membunuh sel-sel yang terinfeksi, mengirimkan pesan-pesan kimia untuk
memobilisasi sistem pertahanan yang lain
|
|
Imunoglobulin A
|
Mengikat mikroba dalam usus dan mencegahnya agar tidak melewati mukosa
usus
|
|
Protein pengikat B 12
|
Mengikat vitamin B12, mencegah penggunaan vitamin B12 oleh bakteri bagi
pertumbuhannya
|
|
Faktor Bifidus
|
Meningkatkan pertumbuhan Lactbacilus bifidus
|
|
Asam Lemak
|
Merusak membran yang melingkupi virus tertentu dengan menghancurkannya
|
|
Fibronektin
|
Meningkatkan aktivitas antimikroba yang dimiliki sel-sel makrofag,
memfasilitasi perbaikan jaringan yang rusak.
|
|
Gamma-interferon
|
Menggalakkan aktivitas antimikroba yang dimiliki sel-sel imun
|
|
Hormon dan faktor pertumbuhan epitel
|
Menstimulasi maturasi epital; mengurangi kerentanan epitel terhadap
mikroorganisme
|
|
Laktoferin
|
Mengikat zat besi; mengurangi
ketersediaan zat besi bagi bakteri
|
|
Lisozim
|
Membunuh bakteri melalui penghancuran membran sel
|
|
Miusin
|
Melekat pada bakteri dan virus; mencegah pelekatan pada mukosa
|
|
Oligosakarida
|
Melekat pada bakteri dan virus; mencegah pelekatan pada mukosa
|
Tabel
1. Fungsi Nutrien ASI Yang Bersinergi Dalam Membangun Sistem Imunitas Tubuh
Bayi. (Sumber:
Buku Gizi Kesehatan Masyarakat, Hal. 328)
Mengacu pada (www.idai.or.id), Sistem Imun alami Secara garis besar sistem
kekebalan tubuh bayi dibagi 2 jenis yaitu:
a. Kekebalan
Tubuh Tidak Spesifik
Kekebalan
tubuh tidak spesifik adalah sistem kekebalan tubuh yang ditujukan untuk menangkal
masuknya berbagai zat asing dari luar tubuh yang dapat menimbulkan
kerusakan/penyakit, seperti bakteri, virus, parasit atau zat berbahaya lainnya.
Seperti pertahanan fisik : kulit, selaput lendir dan fagositosis : pemusnahan
kuman/zat asing oleh sel darah putih. Kerusakan pada sistem pertahanan ini akan
memudahkan masuknya kuman/zat asing ke dalam tubuh, misalnya gangguan gerakan
usus atau gangguan proses pemusnahan kuman/zat asing oleh leukosit (sel darah
putih).
Munasir dan Nia Kurniati (2006) dalam (www.idai.or.id) mengatakan peran penting
ASI dalam sistem pertahanan tubuh tidak spesifik ada pada kolostrum ASI.
Dikolostrum terdapat 1-3 juta sel darah putih (leukosit) per ml dan selanjutnya
terdiri atas sel makrofag (59-63%), neutrofil (18-23%) dan sel limfosit (7-13%). Sel Makrofag adalah
sel fagosit aktif yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran
cerna. Sel makrofag memproduksi enzim lisozim (kadar lisozim dalam ASI adalah
0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua menyusui. Dibanding dengan susu
sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume yang sama),
zat komplemen (berperan dalam perusakan bakteri), laktoferin, sitokin, serta enzim lainnya. Lalu sel neutrofilyang
berperan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada
permulaan laktasi dan sel limfosit adalah sel yang menghancurkan dinding sel
bakteri dan terdapat pada selaput lendir saluran cerna.
ASI juga mengandung
protein yang dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat mengontrol pertumbuhan
mikroorganisme di dalam saluran cerna. ASI juga mengandung glikoprotein
(gabungan karbohidrat dan protein), glikolipid (karbohidrat dan lemak), dan
oligosakarida yang berfungsi menyerupai bakteri pada permukaan mukosa saluran
cerna bayi, sehingga dapat menghambat perlekatan bakteri patogen, pada mukosa
saluran cerna. Di dalam ASI juga terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi
stafilokokus dan komponen yang menyerupai gangliosida yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri E. Coli.
b. Kekebalan
Tubuh Spesifik
Apabila
kuman/zat asing yang masuk tidak dapat ditangkal oleh sistem kekebalan tubuh
tidak spesifik, maka diperlukan sistem kekebalan dengan tingkat yang lebih
tinggi atau sistem kekebalan spesifik. Ada 2 jenis kekebalan spesifik, yaitu kekebalan
selular (sel limfosit T) dan kekebalan
humoral (sel limfosit B yang memproduksi antibodi). Kekebalan ini hanya
berperan pada kuman/zat asing yang sudah dikenal, artinya jenis kuman/zat asing
tersebut sudah pernah atau lebih dari satu kali masuk ke dalam tubuh manusia.
ASI
memainkan perannya dalam sistem pertahanan tubuh spesifik ini, yaitu dengan
diperantarai oleh limfosit T (80 % dari limfosit). Sel limfosit T dapat
menghancurkan kapsul bakteri E. Coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu
ke bayi yang disusuinya. Sel limfosit B terutama memproduksi sekretori IgA
(sIgA) yang berfungsi melindungi IgA dari enzim penghancur protein (tripsin,
pepsin) di saluran cerna bayi dan keasaman lambung. Lalu ada imunoglobulin M
(IgM) yang akan ditransfer pada awal kehidupan bayi sebagai perlindungan
terhadap E.coli dan polio. Imunoglobulin di dalam ASI tidak diserap oleh bayi
tetapi berperan memperkuat sistem imun lokal saluran cerna. Limfosit B pada
saluran cerna ibu diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya, selanjutnya
limfosit aktif ini bermigrasi ke kelenjar payudara menjadi sel plasma dan
menghasilkan antibodi.
Air susu ibu juga
dilaporkan dapat meningkatkan jumlah sIgA pada saluran napas dan kelenjar ludah
bayi usia 4 hari. Hal ini dibuktikan dengan lebih rendahnya kejadian penyakit
radang telinga tengah, pneumonia, penyebaran bakteri ke bagian tubuh lainnya,
meningitis (radang selaput otak), dan infeksi saluran kemih pada bayi yang
mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. Fakta ini lebih nyata
pada 6 bulan pertama dan dapat terlihat sampai tahun kedua. Demikian pula angka
kematian bayi yang mendapat ASI lebih rendah dibanding bayi yang mendapat susu
formula (www.idai.or.id).
3. Keberadaan
Vital Laktoferin Pada ASI
Kehandalan ASI diperankan keberadaan zat-zat biologis mikronutriennya.
Zat-zat biologis nutrien ASI akan saling bersinergi membentuk suatu kekuatan
yang akan bersama-sama menjaga imunitas dan kehidupan bayi. Mengacu pada (www.kebidanan.net) Berikut ini adalah tabel data kandungan
nutrien pada ASI kolostrum (susu awal), ASI transisi (ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah
kelahiran) dan ASI Matur (ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya komposisi relatif tetap)
|
Kandungan
|
Kolustrum
|
Transisi
|
ASI matur
|
|
Energi (kgkal)
|
57
|
63
|
65
|
|
Laktosa (gr/100 ml)
|
6,5
|
6,7
|
7
|
|
Lemak (gr/100 ml)
|
2,9
|
3,6
|
3,8
|
|
Protein (gr/100 ml)
|
1,195
|
0,965
|
1,324
|
|
Mineral (gr/100 ml)
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
|
Immunoglubin :
|
|
|
|
|
Ig A (mg/100 ml)
|
335,9
|
-
|
119,6
|
|
Ig G (mg/100 ml)
|
5,9
|
-
|
2,9
|
|
Ig M (mg/100 ml)
|
17,1
|
-
|
2,9
|
|
Lisosin (mg/100 ml)
|
14,2-16,4
|
-
|
24,3-27,5
|
|
Laktoferin
|
420-520
|
-
|
250-270
|
Mengacu kepada (www.nasional.kompas.com) kandungan zat-zat biologis pada ASI seperti
kolostrum hanya ada beberapa saat setelah persalinan. Dalam kolostrum terdapat
protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak rendah yang berguna bagi bayi di
hari-hari pertamanya. ASI juga mengandung taurin, decosahexanoic acid (DHA),
dan arachidonic acid (AA). Keunggulan utama ASI juga karena fraksi protein dari
kolostrum mengandung antibodi yang serupa dengan antibodi yang terkandung dalam
darah ibu dan yang melindungi terhadap penyakit karena bakteri virus yang
pernah diderita ibu atau yang telah memberikan imunitas pada ibu.
Laktoferin adalah suatu protein
pengikat zat besi (iron-binding protein).
Laktoferin pertama kali diidentifikasi oleh M. Sorensen dan MPL Sorensen pada
tahun 1939 dan dikenal sebagai red
protein dalam susu sapi. Namun baru tahun 1960 red protein ini bisa diisolasi dari susu manusia oleh Johansson
dari kelompok Montreuil. Sejak itu penelitian tentang lakoferin mulai banyak
dilakukan (www.majalah-farmacia.com). Menurut (www.wikipedia.org), laktoferin memiliki berat 82.600 Da dan
secara spesifik dapat mengikat dua atom feri per molekulnya. Sekresi ususioaktivitas
laktoferin yang paling awal ditemukan adalah kemampuannya untuk menghambat
pertumbuhan bakteri.
Tapi kini, mekanisme laktoferin sebagai anti bakteri yang baru mulai
ditemukan melalui serangkaian studi in-vitro.
Ternyata laktoferin tidak hanya mampu membuhuh bakteri dengan mengikat zat
besi, namun juga dengan merusak membran bakteri tersebut.
4.
Keunggulan Dan Peran Lakoferin Berkaitan
Dengan Imunitas Bayi
Laktoferin
adalah mikronutrien yang dihasilkan sel makrofag untuk pertahanan tubuh tidak
spesifik. Peran penting laktoferin sebagai benteng utama imunitas bayi menjadi
keunggulan kualitas ASI yang tidak mampu disamai oleh berbagai susu formula
yang telah diteliti dan diserupakan dengan ASI. Ahli gizi Universitas Indonesia
(UI), Susianto dalam (nasional.kompas.com)
mengatakan bahwa kandungan ASI jauh lebih stabil dibandingkan susu formula.
Sehingga kandungan laktoferin pada ASI jauh lebih unggul dan berkualitas
dibanding susu formula. Mengacu pada pendapat dr Elizabeth Hutapea, SpA dari RS.
Royal Taruma, Grogol, Jakarta Barat dalam (lifestyle.okezone.com)
bahwa komposisi ASI dan susu formula yang telah diteliti dan dupayakan untuk
serupa dengan ASI tidak bisa sama.
Sistem kekebalan tubuh yang
baik akan menjaga tubuh bayi dari berbagai serangan bakteri dan virus sehingga
terhindar berbagai penyakit. Bayi yang sehat akan tumbuh dan berkembang menjadi
generasi penerus yang handal bagi bangsa dan negara. Laktoferin merupakan komponen
nutrien handal yang bersinergi dengan berbagai nutrien lainnya untuk menjaga
sistem imunitas bayi. Mengacu pada (www.majalah-farmacia.com) bahwa kadar laktoferin pada susu sapi yang hanya
sekitar 0,5% - 1% bahkan kurang, mampu memberi kontribusi yang amat besar dalam
sistem imunitas tubuh. Apalagi pada ASI,
kandungan laktoferin bisa mencapi 15% dan di dalam kolostrum konsentrasinya
mencapai sepuluh kali lipat dibanding ASI.
Laktoferin memiliki aktivitas bakteriostatik (anti-bakteri) yang kuat
karena kemungkinan disebabkan kemampuannya mengikat ion besi yang vital bagi
makhluk hidup, seperti besi. Bakteri dapat mati karena kekurangan ion besi
untuk tumbuh. Selain pada susu dan kolostrum, protein ini juga dapat ditemukan
pada neutrofil, ginjal, sel epitelial, dan pada cairan mukosa, seperti: saliva,
air mata.
Ketersediaan biologis
dari zat besi (Fe), Zn dan Mn pada ASI lebih tinggi di banding susu formula.
Hal ini disebabkan karena adanya laktoferin yang relatif tinggi didalam ASI
yang mampu memfasilitasi penyerapan Fe dan Mn didalam usus. Keberadaan
laktoferin pada lapisan epitel mukosa berbagai organ tubuh merupakan indikasi
adanya peran laktoferin untuk respon imun alami. Reseptor yang sangat spesifik
dari laktoferin ditemukan pada berbagai kunci sistem imun seperti limfosit,
monosit, dan makrofag.
Uji klinis laktoferin pada hewan sudah banyak
dilakukan. Kembali mengacu pada (www.majalah-farmacia.com), salah satu studi menemukan kematian pada
bayi babi yang diberi suntikan endotoksin E.coli. Dan kematian pada bayi yang
diberi laktoferin hanya sekitar 17%. Bandingkan dengan 74% kematian bayi babi
yang tidak diberi laktoferin.
Studi klinis pada manusia kemudian menyusul.
Subyek penelitian pada manusia antara lain bayi lahir dengan berat badan
rendah, pasien dengan tinea pedis (penyakit jamur kulit pada kaki), pasien
dengan hepatitis C kronik, dan pasien HIV. Hasil uji klinis menunjukkan potensi
pengaruh positif laktoferin pada subyek-subyek penelitian tersebut.
Dalam studi in vitro ditemukan laktoferin sangat kuat mengikat V3 loop dari
reseptor gp120 virus HIV-1 dan HIV-2. Hal ini menyebabkan penghambatan masuknya
virus ke dalam sel. Tak hanya itu, laktoferin secara tidak langsung akan
membunuh atau menghambat virus dengan meningkatkan respon imun terhadap invasi
virus. Salah satu studi yang membandingkan 22 pasien HIV asimptomatik dan 45
pasien simptomatik dengan 30 orang sehat menemukan kadar laktoferin dalam
plasma menurun pada pasien HIV yang menunjukkan progresivitas penyakit.
Dikaitkan dengan
kanker, pada studi bermodel mencit, laktoferin bisa menghambat pertumbuhan
tumor padat dan menghambat laju metastastis atau penyebaran sel-sel kanker.
Studi di Jepang menggunakan laktoferin yang diambil dari susu sapi. Laktoferin
ini disuntikkan ke sel-sel kanker kanker kulit dan leukemia yang dikenal
sebagai jenis kanker yang sangat cepat bermetastasis. Laktoferin disuntikkan
begitu tumor terbentuk dan hasilnya, pertumbuhan sel-sel kanker bisa ditekan
dan penyebaran sel-sel kanker ke paru dan hati secara signifikan jauh berkurang
dibandingkan pada kelompok kontrol. Studi ini menggunakan model pada hewan (www.majalah-farmacia.com)
5.
Kesimpulan
Pemberian ASI kepada bayi adalah langkah
terbaik dalam memberi asupan nutrisi yang optimal dan stabil. Angka kematian
bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan yang sensitif dan kondisi
ini tertinggi pada Indonesia dibanding negara-negara Asia lainnya. UNICEF dan The World Alliance for Breastfeeding Action
(WABA) tahun 2007 menyebutkan pemberian ASI segera satu jam setelah lahir akan
mencegah kematian lebih dari satu juta bayi setiap tahunnya. Namun, tingkat
pemberian ASI kepada bayi di Indonesia sangat rendah. Sedangkan pemberian susu
formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun
terakhir.
Sinergi fungsional pada ASI akan menghasilkan
nutrisi terbaik untuk bayi. Aspek keunggulan antibodi pada ASI dibanding susu
formula akan bertahap meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi yang amat rentan,
baik sistem pertahanan tubuh tidak spesifik hingga sistem pertahanan tubuh
spesifik. Sehingga kematian bayi setelah persalinan dapat dicegah.
Salah satu komponen utama antibodi pada ASI
adalah adanya laktoferin yang mengikat besi (fe) sehingga pertumbuhan bakteri
dapat ditekan. Laktoferin juga akan meningkatkan respon sel dalam menghadapi
invasi virus. Dan berbagai potensi positif laktoferin lainnya terus ditelaah
dan dikembangkan guna meningkatkan kualitas imunitas manusia. Kandungan
laktoferin pada ASI jauh lebih unggul daripada susu formula. Sehingga pemberian
ASI akan lebih baik dalam menjaga dan mengoptimalkan sistem imunitas bayi.
Daftar
Pustaka
Ana. 2006. Laktoferin, Bodyguard Pembasmi Virus dan
Bakteri (online) http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=92.
Diakses
19 Januari 2013, 19:35
Anonim. 2010. Angka Kematian Bayi (online) http://www.petitiononline.com/aimi/petition.html. Diakses 17
Januari 2013, 15: 34
Anonim. 2010. Ingat Tetap ASI Lebih Baik Ketimbang Susu
Formula (online)
http://lifestyle.okezone.com/read/2010/12/27/196/407592/ingat-asi-tetap-lebih-baik-daripada-susu-formula. Diakses 17
Januari 2013, 16:00
Anonim. 2010. Faktor Penyebab Rendahnya Kesadaran Menyusui (online) http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/03/faktor-faktor-penyebab-rendahnya.html. Diakses 20 Januari 2013, 19:30
Anonim. 2009. Imunitas,Laktoferin (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas. Diakses 17
Januari 2013, 14:10
Broto. 2008. Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, di
Jakarta, menyerukan agar semua pihak memenuhi hak bayi untuk disusui pertama
kali oleh ibunya sebelum satu jam pertama sejak kelahiran (online) http://www.asipasti.co.cc/2008_01_01_archive.html. Diakses 15
Januari 2013, 11:25
Gibney, Michael
dkk. 2005. Public Health Nutrition (Gizi
Kesehatan Masyarakat). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lusa.
2009.Komposisi Gizi Dalam ASI (online)
http://www.kebidanan.net/asuhan-kebidanan-iii/komposisi-gizi-dalam-asi/. Diakses 20 Januari 2013.
Munasir,
Zakiudin dan Nia Kurniati. 2006. Air Susu
Ibu dan Kekebalan Tubuh (online) http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20091130104136. Diakses 15
Januari 2013, 11:00
Saep udin,
Epung dan M.D. Novita.2009. Kandungan ASI
Lebih Stabil Ketimbang Susu Formula (online) http://nasional.kompas.com/read/2009/01/20/10231380/kandungan.asi.lebih.stabil.ketimbang.susu.formula. Diakses pada 19
Januari 2013, 13:40
Syaifuddin,
Abdul Bahri dkk. 1997. Modul “Safe
Motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Di Indonesia. Jakarta:
Konsorium Ilmu Kesehatan Depdikbud dan Depkes dan WHO.
Orang kaya pada males ngasih ASI
BalasHapus