Optimalisasi
Sinergis Kearifan Lokal dan Organisasi Intrakampus dalam Mengkreasikan Dokter
Akar Rumput Modern
Reijefki
Irlastua
04121401032
Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya
A. Pendahuluan
Gemuruh
Fakultas Kedokteran yang sarat gengsi menghadirkan stigma tersirat masyarakat
akan orientasi kekayaan, pamor, dan gila hormat dari seorang calon dokter. Asumsi masyarakat akan uang dan intelektual
yang memadai sebagai syarat utama seorang dokter adalah jalan licin yang rentan
menggelincirkan kualitas Dokter Indonesia masa kini dan akan datang. Seolah
tidak ada pilihan bagi pelajar SMA unggulan yang ramai-ramai mencatatkan tujuan
sebagai dokter. Hingga kuantitas dokter yang menjadi bom waktu sementara grafik
kesehatan masih stagnan dan “Medical Travel” semakin melonjak.
Genotif
(hasil) terbaik adalah capaian optimal dari sinergis Fenotif(bibit) dan Environment
(Lingkungan). Perumusan populernya adalah ( G=F+E). Rumus itu berlaku pula
dalam menghasilkan Dokter terbaik dan cakap yang sebagaimana mestinya. Dokter berkualitas adalah dokter yang cakap
dalam memimpin, berinteraksi dan memiliki empati disamping kualitas intelektual
serta pemahaman ilmu medis yang mumpuni. Hadirnya dokter akar rumput
berkualitas adalah kerinduan mayoritas masyarakat Indonesia ditengah hiruk
pikuk modernisme dan globalisasi. Environment
menjadi bagian esensial dalam
menggembleng dan mengkreasikan dokter akar rumput yang cakap. Kearifan lokal
berupa budaya, istiadat dan tradisi sudah seharusnya diserapkan sebagai
penonjol charachter builiding
mahasiswa kedokteran. Terobosan serapan pengalaman organisasi intrakampus juga akan melejitkan potensi softskill mereka.
Tanpa memungkiri zaman
modern yang sudah sedemikian hingar-bingar, dokter diharapkan mampu
berinteraksi dan berempati dengan masyarakat lokal melalui pendekatan kearifan
tradisional lokal. Selanjutnya karakter cakap dokter yang terbentuk melalui
penggemblengan Environment dengan
berbasis kearifan lokal dan serapan pengalaman organisasi akan menjadi bekal
sempurna mereka. Dokter seperti inilah yang akan mengurai benang kusut masalah
kesehatan Indonesia dari akarnya.
B. Antara Modernisme dan Kearifan
Lokal, Intelektual dan Organisasi
Gemuruh
dunia modern telah melejitkan sekian banyak terobosan teknologi maju dunia
kedokteran. Perkakas dan teknik medis yang semakin canggih seolah menjanjikan
sekian besar harapan hidup masyarakat. Melirik pada mayoritas masyarakat
Indonesia masih terbelenggu dalam
isolasi yang kurang memungkinkan akses teknik medis yang canggih dan
modern perlu disikapi dengan tepat. Dokter yang memiliki kecakapan dalam
memimimpin dan empati dengan karakter
kearifan lokal sangat di butuhkan. Terjunnya lebih banyak dokter cakap di
setiap desa adalah strategi efektif untuk mengurai kompleksnya permasalahan
kesehatan di Indonesia. Terutama sentralisasi dokter di kota yang menjadi salah
satu biang urbanisasi. Dokter akar rumput harus mampu memimpin dan mengedukasi
masyarakat dari tingkat pedesaan untuk memiliki gaya hidup sehat, pencegahan
penyakit, terapi dan akhirnya pengobatan dengan tepat. Jika perlu, dokter harus
menginkulturasikan budaya setempat dengan dunia medis dengan pendekatan yang
tepat.
Karakter dokter yang demikian hanya akan diperoleh melalui sebuah proses penggembelangan yang tepat selama masa pendidikan kedokteran. Pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal dan budaya adalah kuncinya. Karena selama ini calon dokter hanya “dicekoki” oleh berbagai stressor yang sangat menjenuhkan. Institusi pendidikan hanya berfokus pada kurikulum untuk menghasilkan dokter dengan visi menjadi dokter umum. Selanjutnya kebanyakan dokter harus berkuliah dengan uang sekian mahal untuk mencapai spesialis. Sehingga peningkatan kualitas Dokter Indonesia menjadi semu karena hanya terpusat di kota dan hanya dinikmati sebagian kecil masyarakat. Kuantitas dokter yang membludak dan menjadi bom waktu sementara taraf kesehatan masyarakat masih sangat mengkhawatirkan.
Karakter dokter yang demikian hanya akan diperoleh melalui sebuah proses penggembelangan yang tepat selama masa pendidikan kedokteran. Pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal dan budaya adalah kuncinya. Karena selama ini calon dokter hanya “dicekoki” oleh berbagai stressor yang sangat menjenuhkan. Institusi pendidikan hanya berfokus pada kurikulum untuk menghasilkan dokter dengan visi menjadi dokter umum. Selanjutnya kebanyakan dokter harus berkuliah dengan uang sekian mahal untuk mencapai spesialis. Sehingga peningkatan kualitas Dokter Indonesia menjadi semu karena hanya terpusat di kota dan hanya dinikmati sebagian kecil masyarakat. Kuantitas dokter yang membludak dan menjadi bom waktu sementara taraf kesehatan masyarakat masih sangat mengkhawatirkan.
Mahasiswa
Kedokteran adalah mahasiswa pilihan dan harus menguasai sekian banyak materi.
Predikat mahasiswa “Kuliah-Pulang, Kuliah-Pulang” atau “KuPu-KuPu” sangat
melekat pada kebanyakan mahasiswa kedokteran. Padatnya jadwal yang diberikan
institusi pendidikan dan tuntutan materi perkuliahan medis yang banyak membuat
mahasiswa semakin lekat dengan individualisme. Hingga kompetisi untuk mencapai
nilai tertinggi dan standar nilai untuk mencapai dokter spesialis.
Penggemblengan
dengan berbasis pengalaman organisasi intrakampus perlu dilakukan. Organisasi
adalah pendidikan karakter yang tepat. Pemenuhan kebutuhan primer manusia
sebagai “Homo Socialis” dan berinteraksi dengan lebih banyak manusia akan
dicapai melalui organisasi. Karakter mahasiswa yang lebih peduli, peka dan
empati akan di gembleng melalui serapan pengalamannya selama berorganisasi.
Jiwa pemimpin dan kecakapan dalam manajemen adalah karakter yang bertunas dari
pengalaman organisasi.
C. Kesimpulan
Dokter
akar rumput atau dokter cakap yang terjun langsung pada masyarakat yang
terisolasi dari akses kesehatan adalah kunci dalam mengurai benang kusut
masalah kesehatan di Indonesia. Stigma gengsi dokter yang berawal dari mahalnya
biaya perkuliahan hingga proses pendidikan yang dipenuhi stressor telah
menipiskan hadirnya dokter akar rumput zaman modern ini. Berlimpahnya lulusan
dokter justru menjadi bom waktu bagi Indonesia dan “Medical Travel” ke luar
negeri meningkat drastis. Kualitas dokter Indonesia justru menjadi semu dan
ruwetnya permasalahan kesehatan nasional tidak menemukan titik akhir.
Menghadirkan
lebih banyak dokter cakap dengan jiwa pemimpin, mampu berinteraksi dengan baik
dan empati yang tinggi perlu dicapai. Dokter cakap ini harus memiliki karakter
lokal yang tepat dan berjiwa mengabdi yang total. Penggemblengan pendidikan
kedokteran dengan sinergi optimalisasi
Keren brooo. Kajiannya mantaps
BalasHapusWiiii... setuju mas. Bagus-bagus
BalasHapus