Reijefki Irlastua
04121401032
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
BAB I
Pendahuluan
Penyakit kuno
dengan prevalensi yang cukup tinggi adalah batu saluran kemih (BSK). Sejarah
mencatat batu saluran kemih telah di temukan pada mummi mesir yang berusia 4800
sebelum masehi. Catatan medis tentang batu saluran kemih ditulis oleh
Hipokrates pada 4 abad sebelum masehi (Menon: 2003 dalam Lina: 2008). Batu
saluran kemih seolah tidak pernah berhenti hingga zaman modern dan terus
menjadi momok bagi penderitanya. Sesuai dengan namanya, kelainan ini terjadi
pada traktus urinarius.
Penyakit ini
adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang
terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. Resiko Pria 3-4 kali lebih banyak daripada
wanita. Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama
pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada laki-laki dan kadar sitrat air
kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih
tinggi daripada laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa
antara umur 30-60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan
wanita rerata 40,20 tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara
Barat 20-50 tahun1 dan di Indonesia antara 30-60 tahun (Herman: 1994, Rifki:
2004 dalam Lina: 2008)
Jenis
BSK terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di Semarang 53,3%, Jakarta
72%. Herring di Amerika Serikat melaporkan batu kalsium oksalat 72%, Kalsium
fosfat 8%, Struvit 9%, Urat 7,6% dan sisanya batu campuran2,6. Angka kekambuhan
BSK dalam satu tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10 tahun 75% dan 95-100% dalam
20-25 tahun. Apabila BSK kambuh maka dapat terjadi peningkatan mortalitas dan
peningkatan biaya pengobatan. Manifestasi BSK dapat berbentuk rasa sakit yang
ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal ginjal (Clasberg
:1990, Herring: 1984, William : 1990 dalam Lina: 2008)
Batu pada
saluran kemih ini dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam
sistem kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal atau
infeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut menyebabkan nyeri
karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan iritasi
lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai edema dan
penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering
disertai dengan serangan kolik ulangan (Menon: 2003 dalam Lina: 2008)
Hal
tersebutlah yang melatarbelakangi penulis untuk menelaah pustaka lebih jauh
mengenai batu saluran kemih yang dituangkan dalam bentuk karya makalah.
Diharapkan penelusuran pustaka ini dapat memperdalam wawasan dan pemahaman
penulis dan pembaca mengenai batu saluran kemih.
Bab II
Pembahasan
2.1
Definisi
Berdasarkan
jurnal ilmiah pada (repository.usu.ac.id) diketahui bahwa Batu Saluran Kemih
(BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk
di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan
saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).
Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau
sistein. BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur.
Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran
kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon
ureter terhadap batu tersebut,dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.
2.2 Klasifikasi
Keberadaan batu dalam traktus
urinarius dapat terjadi akibat berbagai penyebab, bahan hingga jenisnya. Menurut
(Hesse: 2002) seperti di publikasikan ulang oleh (Lina: 2008), hal tersebut
diklasifikasikan menjadi batu kalsium oksalat, batu asam urat, batu kalsium
fosfat, batu struvit (magnesium-amonium fosfat) dan batu cystine. Lalu dalam
jurnal Ogawa: 1985 seperti yang di publikasikan ulang dalam (urologystone.com) menyebutkan
Batu Xanthin termasuk klasifikasi batu sistem kemih.
(Sumber: Hesse, 1992 dalam Lina, 2002)
1. Batu Kalsium Oksalat
Kalsium
oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih (70-75%), batu
terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering daripada wanita. Angka
kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat terjadi karena proses
multifaktor, kongenital dan gangguan metabolik sering sebagai faktor penyebab.
Dua bentuk yang berbeda yaitu:
Gambar 1. Whewellite
(sumber : http://www.fluomin.org/uk/fiche.php?id=189)
a. Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna
cokat/ hitam
dengan
konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
Gambar 2. Weddllite
(sumber : http://www.wpclipart.com/rocks_minerals/W/Wa_Wi/Weddellite.jpg)
b. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca
Ox Dihidrat): batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite, namun
tipe ini
memiliki angka residif yang tinggi.
Batu
kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Sering terjadi
gangguan metabolisme kalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau
keduanya (normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolisme urat merupakan tanda pembentukan
batu kalsium oksalat, sehingga perlu diperhatikan bila kadar asamurat >6,4
mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan
batu oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan pembentukan batu
rekuren. Sitrat dan magnesium merupakan unsur penting yang dapat menghambat terjadinya
kristalisasi. Ekskresi yang rendah dari sitrat akan meningkatkan risiko pembentukan
batu kalsium oksalat (Hesse: 2002 dalam Lina: 2008)
2. Batu Asam Urat
Asam urat merupakan hasil akhir
metabolisme purin, dapat mengendap dalam interstitium medular ginjal, tubulus
atau sistem pengumpul dan dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit ginjal
(Price: 2006 hal: 942).
Batu asam urat Biasanya multipel,
permukaannya halus, berwarna kuning sampai coklat kemerahan
Gambar 3. Batu Asam Urat
Lebih
dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia
60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga menderita kegemukan.
Laki-laki lebih sering daripada wanita. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam
urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi
protein dan purin serta minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat sehingga
pH air kemih menjadi rendah.
Sebanyak
20-40% pasien pada Gout akan membentuk batu, oleh karena itu tingginya asam
urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe batu yang
dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi
kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat: asam urat >380
μmol/dl (6,4 mg/100 ml), pH air kemih ≤ 5,8 (Hesse: 2002 dalam Lina: 2008)
3. Batu Kalsium Fosfat
Dua
macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih. Karbonat
apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium yang tinggi
dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat juga merupakan
batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali atau terinfeksi.
Terjadi bersama dengan CaOx atau struvit. Brushite (kalsium hydrogen fosfat)
terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang
tinggi. Batu ini mempunyai sifat keras dan sulit dipecah dengan lithotripsy,
cepat terbentuk dengan angka kekambuhan yang tinggi. Berwarna putih hingga
coklat.
Gambar
4. Batu Kalsium Fosfat
(sumber: http://discussions.texasbowhunter.com/forums/showthread.php)
Sebanyak
1,5% monomineral, 0,5% campuran bersama dengan CaOx. Analisa darah dan air
kemih menunjukkan hiperkalsemia(>2-2,5 mmol/l). Penyebab terbentuknya batu
kalsium oksalat renal tubular asidosis dan infeksi saluran kemih. Kalsium dalam
air kemih>2,5 mmol/liter dan pH air kemih>6,8) (Hesse: 2002 dalam Lina:
2008).
4. Batu Struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan
karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease (proteus,
providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu struvit
lebih sering
terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena
tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih>7. Pada kondisi tersebut
kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan kristalisasi
karbon apatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan batu
karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting
untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di samping
pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi asam dengan
methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Berwarna putih atau
abu-abu dengan permukaan licin.
Gambar
5. Batu Struvit
Analisis
darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan
infeksi pada
saluran kemih dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang
meningkat
(Hesse: 2002 dalam Lina: 2008).
5. Batu Cystine (Batu Sistin)
Batu
Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan ornithine
berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasi paling
banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan dengan kromosom
autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine, lysin, arginin dan
ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup. Diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani
yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih. Penting apabila
produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan meningkatkan
pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi cystine dengan
tiopron dan asam askorbat. Batu ini warnanya putih, kuning atau
kehijauan
serta agak lunak
(sumber:
http://www.medicinenet.com/cystinuria/article.htm)
Analisis
darah dan air kemih menunjukkan cystein darah dalam batas normal, cystine air
kemih ≥0,8 mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat (Hesse: 2002 dalam
Lina: 2008).
6. Batu Xanthin
Gambar
7. Batu Xanthine
(sumber: http://urologystone.com/CH05TypesStones/xanthine.html)
Batu-batu
ini mungkin akibat dari kelainan genetik pada pasien yang memiliki kekurangan
enzim. Mereka kekurangan enzim xanthine oxidase, yang menghasilkan produksi
xanthine dan hipoksantin daripada asam urat sebagai produk akhir metabolisme
purin. Batu urine terjadi pada sekitar sepertiga dari pasien dengan kekurangan
enzim. Kalkuli ini juga dapat berkembang pada pasien yang memakai allopurinol,
penghambat oksidase xanthine (xanthine oxidase inhibitor). Batu xanthine murni
adalah radiolusen, tetapi kira-kira sepertiga dari pasien dengan xanthinuria mungkin ada
campuran garam kalsium untuk membuat batu-batu ini sedikit radial-opak.
Batu-batu ini cenderung kecil, bulat atau oval. Berwarna coklat dan cenderung
lebih besar dari batu sistin (Ogawa: 1985 dalam http://urologystone.com/).
2.3 Manifestasi
Klinis
Penyakit
Batu Saluran Kemih termanifestasikan secara klinis menurut (Marshall: 2003
dalam Lina: 2008) sebagai berikut:
1.
Nyeri dan Kolik
BSK bagian atas seringkali menyebabkan
nyeri karena turunnya BSK ke ureter yang sempit. Kolik ginjal dan nyeri ginjal
adalah dua tipe nyeri yang berasal dari ginjal. BSK pada kaliks dapat
menyebabkan obstruksi, sehingga memberikan gejala kolik ginjal, sedangkan BSK
non obstruktif hanya memberikan gejala nyeri periodik. Batu pada pelvis renalis
dengan diameter lebih dari 1 cm umumnya menyebabkan obstruksi pada uretropelvic
juction sehingga menyebabkan nyeri pada tulang belakang. Nyeri tersebut akan
dijalarkan sepanjang perjalanan ureter dan testis. Pada BSK ureter bagian
tengah akan dijalarkan di daerah perut bagian bawah, sedangkan pada BSK distal,
nyeri dijalarkan ke suprapubis vulva (pada wanita) dan skrotum pada (pria).
2.
Hematuria
Pada penderita BSK seringkali terjadi
hematuria (air kemih berwarna seperti air teh) terutama pada obstruksi ureter.
3.
Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan
dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan stasis di proksimal dari sumbatan.
Keadaan yang cukup berat terjadi apabila terjadi pus yang berlanjut menjadi
fistula renokutan.
4.
Demam
Adanya demam
yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena dapat menyebabkan
urosepsis.
5.
Mual dan muntah
Obstruksi
saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan muntah, dapat juga
disebabkan oleh uremia sekunder.
2.4 Patofisiologi
Menurut
(respository.usu.ac.id) patofisiologi dari batu kandung kemih adalah bisa dari
batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa
promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat
memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali
sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam
urat meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih.
Adapun
faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup
infeksi saluran ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan
perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa
batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama
pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih.
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis
yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor,
keadan tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan
sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor
serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra
sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis
urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk
batu.
Berdasarkan
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori yaitu:
1. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip
teori ini yaitu terbentuknya batu saluran kemih karena adanya proses kimia,
fisik maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui terjadinya
batu didalam sistem pielokaliks ginjal sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
bahan pembentuk batu dalam tubulus renalis. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi
dikenal teori pembentukan batu sebagai berikut:
a.
Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam
pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan prasyarat untuk
terjadinya presipitasi (pengendapan). Apabila kelarutan suatu produk tinggi
dibandingkan titik endapnya, maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan
terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu (Hesse: 2002 dalam
Lina: 2008).
Supersaturasi dan kristalisasi terjadi
bila ada penambahan yang bisa mengkristal dalam air dengan pH dan suhu
tertentu, sehingga suatu saat terjadi kejenuhan dan selanjutnya terjadi
kristal. Bertambahnya bahan yang dapat mengkristal yang disekresikan oleh
ginjal, maka pada suatu saat akan terjadi kejenuhan sehingga terbentuk kristal.
Proses kristalisasi dalam pembentukan batu saluran kemih berdasarkan adanya 4
zona saturasi , terdapat tiga zona yaitu:
1) Zona stabil, tidak ada pembentukan inti
batu
2)Zona metastabil, mungkin membesar tetapi
tidak terjadi disolusi batu, bisa ada agregasi dan inhibitor bisa mencegah
kristalisasi
3) Zona saturasi tinggi.
(Menon: 2002 dalam Lina: 2008)
Berdasarkan gambar 8 dibawah, terlihat
bahwa saturasi dalam pembentukan batu saluran kemih dapat digolongkan menjadi 3
bagian berdasarkan kadar bahan tersebut dalam air kemih. Bila kadar bahan pengkristal
air kemih sangat rendah maka disebut zona stabil saturasi rendah. Pada zona ini
tidak ada pembentukan inti batu saluran kemih, bahkan bisa terjadi disolusi
batu yang sudah ada.
(sumber: Lina, 2008)
Bila kadar bahan pengkristal air kemih
lebih tinggi disebut zona supersaturasi metastabil. Pada zona ini batu saluran
kemih yang ada dapat membesar walaupun tidak terbentuk inti batu saluran kemih
yang baru, tetapi tidak dapat terjadi disolusi dan dapat terjadi agregasi
kristal-kristal yang sudah terbentuk. Inhibitor sangat penting pada zona ini, yaitu
untuk mencegah terjadinya kristal batu saluran kemih. Bila kadar bahan pengkristal
air kemih tinggi disebut zona saturasi tinggi. Pada keadaan ini mudah terbentuk
inti batu saluran kemih spontan, batu begitu cepat membesar karena terjadi
agregasi. Inhibitor tidak begitu efektif untuk mencegah terbentuknya kristal batu
saluran kemih.
Tingkat
saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk
BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air
kemih. Secara kasar separuh total konsentrasi kalsium dan oksalat berada dalam
bentuk ion bebas, sisanya dalam bentuk kompleks. Kekuatan ion terutama
ditentukan oleh natrium, kalsium dan klorida. Bila kekuatan ion naik, maka akan
menyebabkan AP CaOx turun dan risiko pembentukan kristal kalium oksalat, sebab
jumlah konsentrasi ion biasanya akan menurun. Kalsium dapat membentuk kompleks
dengan sitrat yang larut dalam air. Keasaman air kemih akan mempengaruhi
pembentukan kompleks maupun aktivitas ion bebas. Pada kenaikan pH terjadi
kenaikan kompleks kalsium sitrat dan kalsium fosfat serta penurunan kompleks
kalsium sulfat pada pH 6,5 atau lebih. Hampir semua ion sitrat terionisasi sehingga
sangat mudah membentuk kompleks dengan 3 ion kalsium. Pada penurunan pH terjadi
sebaliknya yaitu penurunan kemampuan ion sitrat untuk mengikat kalsium sehingga
lebih mudah membentuk kompleks kalsium oksalat. Pada pH tinggi terjadi suasana
basa, maka ion hidrogen bebas turun sehingga menaikkan ion fosfat bebas.
b.
Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang
berasal dari pemecahan mitochondria sel tubulus renalis yang berbentuk
laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada
anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu.
Benang seperti sarang laba-laba yang berisi protein 65%, Heksana10%, Heksosamin
2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu yang sebabkan batu makin
lama makin besar. Matrik tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya
batu (Soepriatno: 1998 dalam Lina: 2008)
c.
Teori Inhibitor
Pada penelitian diketahui bahwa walaupun
kadar bahan pembentuk batu sama tingginya pada beberapa orang tetapi tidak
semua menderita penyakit batu. Hal tersebut disebabkan pada orang yang tidak terbentuk
batu dalam air kemihnya mengandung bahan penghambat untuk terjadinya batu
(inhibitor) yang lebih tinggi kadarnya dibanding pada penderita batu. Dikenal 2
jenis inhibitor yaitu organik yang sering terdapat adalah asam sitrat,
nefrokalsin dan tamma-horsefall glikoprotein dan jarang terdapat yaitu
gliko-samin glikans, uropontin. Inhibitor anorganik yaitu pirofosfat, magnesium
dan Zinc. Menurut penelitian inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat, karena
sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut dalam
air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat, mencegah agregasi
dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus.
Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium oksalat dengan mengikat oksigen
menjadi magnesium oksalat. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi
kadar tertinggi pada jeruk. Pada penelitian diketahui bahwa kandungan sitrat
jeruk nipis lebih tinggi daripada jeruk lemon (677 mg/10ml dibanding 494
mg/10ml air perasan jeruk (Mennon: 2002, Drach: 1996, Margaela: 2000 dalam
Lina: 2008)
d.
Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal
dapat menempel pada kristal lain yang berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi
batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering
yaitu kristal kalsium oksalatmenempel pada krital asam urat yang ada(Mennon:
2002, Drach: 1996 dalam Lina: 2008).
e.
Teori kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran
kemih terbentuk berdasarkan
campuran dari beberapa teori yang ada
(Mennon: 2002, Drach: 1996 dalam Lina: 2008)
f.
Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi
karena adanya infeksi dari kuman
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan
BSK adalah sebagai berikut:
1) Teori terbentuknya batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi
mempunyai komposisi magnesium amonium
fosfat. Terjadinya batu jenis ini dipengaruhi
pH air kemih ≥7,2 dan terdapat
amonium dalam air kemih, misalnya pemecah
urea (urea splitting bacteria). Urease
yang terbentuk akan menghidrolisa urea
menjadi karbon dioksida dan amonium
dengan
reaksi seperti dibawah ini
Akibat reaksi ini maka pH air kemih akan naik
lebih dari 7 dan terjadi reaksi sintesis
amonium yang terbentuk dengan molekul
magnesium dan fosfat menjadi
magnesum amonium fosfat (batu struvit).
Bakteri penghasil urease sebagian besar
Gram negatif yaitu golongan proteus,
klebsiela, providensia dan pseudomonas. Ada
juga bakteri gram positif yaitu stafilokokus,
mikrokokus dan korinebakterium serta
golongan mikoplasma, seperti T strain
mikoplasma dan ureaplasma urelithikum (Mennon: 2002, Drach: 1996 dalam Lina:
2008)
2) Teori nano bakteria
Nanobakteria merupakan bakteri terkecil
dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih.
Bakteri ini tergolong Gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dinding
sel bakteri ini mengeras membentuk cangkang kalsium (karbonat apatite) kristal
karbonat apatit ini akan mengadakan agregasi dan membentuk inti batu, kemudian
kristal kalsium oksalat akan menempel disitu sehingga makin lama makin besar.
Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bacteria
(www.nanobac.com/klin%20lab).
3) Oxalobacter
Dalam usus manusia terdapat bakteri pemakan
oksalat sebagai bahan energi yaitu Oxalobacter formigenes dan Eubacterium
lentrum tetapi hanya Oxalobacter formigenes saja yang tak dapat hidup tanpa
oksalat (Mennon: 2002 dalam Lina: 2008)
2. Teori Vaskuler
Pada
penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya
batu saluran kemih yaitu Hipertensi dan Kolesterol (Stoller: 2004, Kim: 2005
dalam Lina: 2008)
a. Hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi bila
tekanan darah sistolis 140 mm Hg atau lebih,
atau tekanan darah diastolis 90 mmHg atau
lebih atau sedang dalam pengobatan
anti hipertensi37. Pada penderita hipertensi
83% mempunyai perkapuran ginjal
sedangkan pada orang yang tidak hipertensi
yang mempunyai perkapuran ginjal
sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah
pada papilla ginjal berbelok 1800
dan aliran darah berubah dari aliran laminer
menjadi turbulensi. Pada penderita
hipertensi aliran turbulen ini berakibat
penendapan ion-ion kalsium papilla (Ranall’s
plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu.
b. Kolesterol
Pada penelitian terhadap batu yang diambil
dengan operasi ternyata
mengandung kolesterol bebas 0,058-2,258 serta
kolesterol ester 0,012-0,777
mikrogram per miligram batu. Adanya kadar
kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan
tercampur didalam air kemih. Adanya
butiran kolesterol tersebut akan merangsang
agregasi dengan kristal kalsium
oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk
batu yang bermanifestasi klinis (teori
epitaksi).
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Pola Diet
Pola
diet yang tepat adalah penatalaksanaan yang baik terhadap penderita penyakit
batu saluran kemih. Berikut ini adalah saran diet yang tepat seperti yang
dipublikasikan dalam kliniksehati.com
Membatasi
Kalsium
Makin
tinggi konsumsi kalsium akan makin tinggi pula ekskresi/pembuangan sisanya
sekaligus menambah pembentukan kristalisasi garam-garam kapur. Bagi pasien yang
menderita hiperkalsiura, dimana kadar kalsium dalam darahnya normal namun
ekskresi dalam air kemih dapat mencapai 200-35- miligram (mg), harus diberikan
diet rendah kalsium dengan jumlah tidak lebih dari 500-600 mg perhari. Membatasi
konsumsi kalsium berarti mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kalsium
tinggi seperti ikan salmon, sarden, keju, susu, es krim, sayur kol serta lobak.
Jenis makanan tersebut mengandung kalsium lebih dari 100 mg per porsi. Satu
cangkir susu misalnya mengandung tidak kurang dari 250 mg kalsium.
Mengurangi
Oksalat
Oksalat pada
umumnya membentuk kristal dengan kalsium. Oksalat dalam air kemih berasal dari
dalam tubuh, dari makanan yang kita makan serta dari hasil metabolisme vitamin
C. Sekalipun dari makanan porsinya hanya 10 %, namun angka ini sudah cukup
menuntut kewaspadaan kita untuk tidak asal santap saja makanan kaya oksalat.
Makanan yang tinggi oksalatnya adalah bayam, teh, coklat dan kacang-kacangan. Bagi
pasien batu ginjal (terutama batu kalsium oksalat), dianjurkan diet rendah
oksalat (40-50 mg per hari). Selain itu dianjurkan mengkonsumsi vitamin C tidak
lebih dari satu gram perhari, karena terbukti dapat mendorong terbentuknya
oksalat dalam tubuh, tetapi sebaliknya, kita tak boleh kekurangan vitamin B6
karena akan memicu peningkatan produksi oksalat dalam tubuh.
Mengurangi
Protein hewani
Protein hewani termasuk yang paling besar
pengaruhnya terhadap kemungkinan terbentuknya batu ginjal. Sebab, protein dapat
meningkatkan ekskresi kalsium dan asam urat dalam air kemih, yang kemudian
diikuti dengan menurunnya pH (tingkat keasamaan) urine dan terbuangnya sitrat. Risiko
akibat makan dengan menu protein hewani berlebihan tersebut dapat diperberat
lagi jika pada saat bersamaan kita mengkonsumsi pula lemak dan garam dalam
jumlah tinggi. Sementara itu kita kurang dalam menyantap makanan berserat
tinggi yang mengandung magnesium, fosfat dan vitamin. Bagi penderita batu
kalsium dianjurkan mengkonsumsi tidak lebih dari 1,5-1,8 protein per kg bobot
badan perhari.
Membatasi
Purin
Selain
protein hewani, makanan yang mengandung purin adalah yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan batu ginjal. Batu ginjal disini dapat berupa campuran
kalsium dan asam urat, atau hanya asam urat saja. Sumber asam urat adalah dari
dalam tubuh sendiri (endogen) dan dari makanan seperti daging, jeroan, hasil
laut seperti sea food, gandum, beras, dan tepung-tepungan.
Membatasi
garam
Setiap
peningkatan 100 mg garam dalam makanan dapat meningkatkan 25-30 mg kalsium
dalam urine. Keluarnya kalsium dari air kemih karena garam ini mempermudah
terbentuknya kristalisasi ikatan kalsium urat oleh natrium. Dampak buruk lain
akibat konsumsi garam yang berlebihan adalah menurunnya keluaran sitrat.
Padahal zat ini penting untuk menghambat terjadinya kristalisasi. Dianjurkan,
terutama terhadap penderita batu kalsium dan urat, untuk tidak memakan garam
lebih dari 1000 meq (kira-kira 6 gram) per hari.
Minum banyak
air
Makin kurang
seseorang minum air (terutama air putih), makin kurang pula air kemih yang
terbentuk. Keadaaan ini akan menyebabkan makin tingginya derajat kejenuhan
zat-zat kandungan yang akhirnya akan mempermudah
terbentuknya batu ginjal. Karena itu, kita
dinjurkan untuk minum air banyak-banyak.
Jumlah yang
dianjurkan sedikitnya adalah minum air 2-3 liter air perhari dan terbagi rata
selama sehari. Umumnya, 35 % penderita batu ginjal minum air kurang dari 1liter
per harinya. Semua jenis minuman pada dasarnya diperbolehkan, kecuali susu, teh
dan lainnya yang dapat menyebabkan ekskresi oksalat tinggi
2.5.2 Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan jurnal ilmiah dari
(repository.usu.ac.id) tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan
untuk mengatasi batu kandung kemih adalah :
1.
Medikamentosa
2.
Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
3.
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) 3,18
4.
Endourologi
5.
Tindakan Operasi
1.
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu
yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.3 Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan
bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan
batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK
harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari (Rasyid dkk: 2012).
2.
Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian
Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan
nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid
seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti
inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung
pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme
ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan,
BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat
diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
3.
ESWL
(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa
pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan
melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan
melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di
rumah sakit (kidneystone911.com)
Gambar 9.
Mesin ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
(sumber:http://www.kidneystone911.com/extracorporeal-shockwave-lithotripsy.html)
4.
Endourologi
Tindakan
endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan
endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli
atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam
buli-buli.
c.
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi
per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi
ini. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia.
Gambar
10. Uteroskopi
(sumber: http://women.webmd.com/ureteroscopy)
5.
Tindakan
Operasi
Penanganan
BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan
tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon
terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan,
nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu
berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka
untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka
untuk mengambil batu yang berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka
untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka
untuk mengambil batu yang berada di uretra
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Batu Saluran Kemih adalah penyakit kuno
dengan prevalensi tinggi diseluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Penyakit
ini didefinisikan sebagai penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan
ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
fosfat, magnesium, asam urat, atau sistein sebagai bentuk kelainan metabolisme
tubuh. Pembentukan batu ginjal dapat dijelaskan dengan teori fisiko-kimiawi dan
terori vaskular. Penatalaksanaan yang dianjurkan bagi penderita adalah dengan
pola diet yang menghindari konsumsi protein hewani, purin garam dan
meningkatkan konsumsi air putih. Tindakan medik bagi penderita adalah dengan
terapi medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, ESWL
(extracorporeal shockwave lithotripsy), endourologi dan tindakan operasi
Daftar
Pustaka
Lina, Nur. 2008. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Pada Saluran Kemih pada Laki-Laki.
Magister Epidemologi-Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.
Dipublikasikan dalam (eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf) Diakses 18 Mei
2013.
Repository. 2010. Batu Saluran Kemih. Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara: Medan. Dipublikasikan dalam (repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf).
Diakses 19 Mei 2013.
Price, Sylvia A dan Wilson. 2009. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Ogawa A,
Watanabe K, Minejima N. Renal xanthine
stone in Lesch-Nyhan syndrome treated with allopurinol. Urology 26:56,
1985. Dipublikasikan sebagian dalam (http://urologystone.com/CH05TypesStones/xanthine.html). Diakses 19
Mei 2013.
Ciftcioglu N,
Bjorklund M, Bergsom K., and Kajander OE. Nanobacteria:
an
infections
causes kidney stone formation. Dipublikasikan dalam (Http:
//www.nanobac.com/klin%20lab/).
Diakses 19 Mei 2013.
Al. 2013. Diet Menangkal Batu Ginjal.
Dipublikasikan dalam (http://kliniksehati.com/diet-menangkal-batu-ginjal/). Diakses 18
Mei 2013
Rasyid, Nur dkk.2012.
Pencegahan dan Terapi Medikamentosa pada
Batu Saluran Kemih. Divisi Urologi, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Departemen Urologi RSCM di publikasikan dalam (http://jurnalmedika.com/component/content/article/488-artikel-konsep/1029-pencegahan-dan-terapi-medikamentosa-pada-batu-saluran-kemih). Diakses 19
Mei 2013.
Anonim. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy.
Dipublikasikan dalam (http://www.kidneystone911.com/extracorporeal-shockwave-lithotripsy.html) Diakses 19
Mei 2013
Sumber
Gambar
Gambar 1.
Whewellite
(sumber :
http://www.fluomin.org/uk/fiche.php?id=189)
Gambar 2.
Weddllite
(sumber :
http://www.wpclipart.com/rocks_minerals/W/Wa_Wi/Weddellite.jpg)
Gambar 3.
Batu Asam Urat
(sumber :
http://www.urocit-k.com/Kidney_Stone_Photos/Photo02-Uric-Acid.aspx)
Gambar 4.
Batu Kalsium Fosfat
(sumber:
http://discussions.texasbowhunter.com/forums/showthread.php)
Gambar 5.
Batu Struvit
(sumber:
http://health-fts.blogspot.com/2012/04/kidney-stones.html)
Gambar 6.
Batu Sistin
(sumber:
http://www.medicinenet.com/cystinuria/article.htm)
Gambar 7.
Batu Xanthine
(sumber:
http://urologystone.com/CH05TypesStones/xanthine.html)
Gambar 8.
Teori Supersaturasi
(sumber:
Lina, 2008)
Gambar 9.
Mesin ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
(sumber:http://www.kidneystone911.com/extracorporeal-shockwave-lithotripsy.html)
Gambar 10.
Uteroskopi
(sumber:
http://women.webmd.com/ureteroscopy)













Tidak ada komentar:
Posting Komentar